China Warning Keras Tetangga RI, Ada Apa Xi Jinping?

Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr meninjau pasukan kehormatan selama upacara penyambutan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Tiongkok 4 Januari 2023. (cnsphoto via REUTERS)

China memberikan peringatan terbaru kepada Filipina. Hal ini diakibatkan oleh rencana negara itu untuk memberikan akses pangkalan militer kepada rival Beijing, Amerika Serikat (AS).

Dalam sebuah surat yang disampaikan Kedutaan Besar China di Filipina, Beijing menyebut langkah itu akan menyeret Manila dalam perselisihan geopolitik. Menurut Negeri Tirai Bambu, manuver ini adalah bagian dari rencana untuk menahan pengaruh regionalnya yang berkembang.

“Washington bertujuan untuk mengamankan hegemoni dan kepentingan politiknya yang egois dengan terus meningkatkan kehadiran militernya di Filipina dengan mendapatkan akses ke lebih banyak pangkalan untuk penempatan militer,” kata Kedutaan Besar China dikutipĀ Radio Free Asia, Selasa (14/3/2023).

Kedutaan mengeluarkan pernyataan itu sehari setelah Duta Besar AS untuk Filipina, MaryKay Carlson, mengatakan dalam sebuah wawancara di televisi bahwa akses yang diperluas ke fasilitas militer lokal dimaksudkan untuk memungkinkan pasukan AS menanggapi dengan cepat kebutuhan kemanusiaan di wilayah tersebut.

Namun bagi China, langkah ini semata-mata ditujukan kepada pihaknya, yang sedang memiliki pengaruh regional dan global yang berkembang.

“Meskipun AS mengeklaim bahwa kerja sama semacam itu dimaksudkan untuk membantu upaya bantuan bencana Filipina dan beberapa orang Amerika bahkan menggembar-gemborkan pangkalan sebagai penggerak ekonomi lokal, jelas dan sederhana bahwa langkah tersebut adalah bagian dari upaya AS untuk mengepung dan menahan China melalui aliansi militernya dengan negara ini.”

Pada 2014, Filipina dan Amerika Serikat menandatangani EDCA, atau Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan, yang melengkapi Perjanjian Pasukan Kunjungan (VFA) tahun 1999. VFA memberikan perlindungan hukum untuk latihan perang bersama berskala besar antara kedua sekutu lama tersebut.

Pada Februari lalu, AS mengumumkan Manila telah setuju bahwa pasukan Amerika akan memiliki akses ke empat lokasi militer Filipina lagi yang tidak mereka identifikasi, sehingga total saat ini menjadi sembilan.

Meskipun tidak ada nama yang disebutkan, Gubernur Manuel Mamba dari provinsi Cagayan mengatakan pangkalan akan berada di ujung Utara pulau Luzon. Wilayah ini berhadapan langsung dengan Taiwan.

“Jika situs baru tersebut berlokasi di Cagayan dan Isabela, yang dekat dengan Taiwan, apakah AS benar-benar berniat membantu Filipina dalam penanggulangan bencana dengan situs EDCA ini? Dan apakah benar-benar demi kepentingan nasionalFilipina untuk diseret oleh AS untuk ikut campur dalam masalah Taiwan?” kata juru bicara Kedutaan Besar China dalam pernyataan itu.

“Membundel Filipina ke dalam kereta perselisihan geopolitik akan sangat merugikan kepentingan nasional Filipina dan membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.”

Sementara itu, hubungan China dan Filipina juga sedang memanas terkait Laut China Selatan (LCS). Kedua negara terus saling klaim beberapa pulau yang ada di lautan itu. Terbaru, terjadi insiden penembakan sinar laser oleh armada laut China kepada kapal patroli Filipina di sekitar kawasan itu.

Atas kondisi tersebut, China menuduh Washington memicu perpecahan antara Beijing dan Manila serta menimbulkan masalah baru di kawasan bibir LCS. Diketahui, kapal perang AS beberapa kali melintas di lautan itu atas dasar kebebasan navigasi.

“Ketika berbicara tentang perairan bebas dan terbuka, yang ada di benak AS sebenarnya adalah kebebasan mengamuk kapal perangnya LCS. Militer AS telah datang jauh-jauh dari sisi lain Pasifik untuk menimbulkan masalah di LCS,” tambah pernyataan Kedutaan Besar China itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*